Jumat, 10 Oktober 2014

MENUJU MASA LALU PART 3 FINAL

ku dekati pagar hitam itu, perasaan yang tak karuan tak bisa ku kendalikan, tangan ku terasa kaku
 dengan keringat yang membuatnya merasakan dinginnya udara, dengan pasti tanpa celah, ku berani
 kan diri untuk memberikan salam karena ku sudah sejauh ini

"permisi" sahut ku, tapi tidak ada orang yang menjawab

"permisi" dan ku coba mengetuk pagar dengan kunci kendaraan ku,

tidak ada tanda-tanda akan adanya penghuni rumah,

ku menjauh dan ku fokuskan mata ku melihat kamar di lantai atas dibalik teras itu ada seorang gadis yang mengintip dari jendela itu,

tapi tiba-tiba saat ku fokuskan lagi mata ku di jendela itu ia tidak ada,

"ia" suara dari arah pintu yang menyadarkan ku

"permisi bu" aku pun mendekat, perasaan yang menakutkan saat ku menatap mata ibu ini,

 terasa lemas saat melihat wajah lelahnya ditutupi senyum menyambutku

"ibu masih ingat saya?" tanyaku balik

"ibu masih ingat" jawabnya tanpa banyak bicara ia memalingkan wajahnya dan mempersilahkan diri ku ini masuk

"apa ibu sehat?" tanya ku menghilangkan ke kakuan diantara kami

"alhamdullialah, duduk dulu ibu buatkan minum" kemudian ia masuk kedalam

perasan ini, saat bernafas pun sungguh sangat lah berat suasana rumah yang sangat aku ingat, kursi yang biasa aku duduki, pohon jambu yang dulu pernah berbuah dan ku petik masih berdiri kokoh dan aroma dari dalam rumah yang sama sekali tidak berubah saat ku terakhir datang ke tempat ini

kemudian sosok lelaki tinggi menghampiri ku dari arah luar rumah, ia berpakaian santai sambil membawa sekop dan ember di tangan kirinya

"loh ada tamu" sapanya dengan senyum manisnya menyapa ku

"pak" aku pun berdiri dan menyambut hangat penyambutannya

"silahkan duduk duduk" pintanya ramah

"ibu ada?" lanjutnya

"ada pak"

"sebentar ya saya bawakan minum" kemudian sosok itu pun meninggalkan kusekitar 10 menit aku terdiam dan menunggu di sepinya suasana, kemudian sosok laki-laki itu datang menghampiri ku terlihat ia telah berganti pakaian di lanjutkan ibu yang membawakan minuman,



"nak iqbal ya, kalo tidak salah?" tanya nya sambil duduk disebelahku

"ia pak" jawab ku singkat sambil melihat si ibu yang duduk bersila di hadapan ku menyiapkan jamuan ku tanpa menatap ku lalu ia kembali masuk

"bagai mana kabarnya?" tanya bpk

"saya sehat pak" dengan ku berikan senyum manis ku untuk membalasnya

"ini silahkan di minum, kamu sudah berkeluarga?" tanyanya lanjut sambil menyodorkan gelas yang berisi teh yang masih panas kearah ku

"alhamdullilah sudah pak" jawab ku singkat

kemudian bpk itu meminum tehnya dan kami terdiam
suasana sangat canggung di antara kami

aku pun berfikir walau pun tubuh ini walau pun umur ini tidak lagi seorang remaja akan tetapi di hadapannya aku masih lah seorang anak kecil yang dulu sering bermain di halaman terasnya,

aku pun tidak ingin suasana ini terasa kaku dan ku coba meraih teh yang diberikan untuk ku
"pak saya min..." tanpa sempat ku berkata saat ku melihat wajah bapak, bapak seperti di tempat lain ia terseyum akan tetapi tatapannya itu kosong

"tidak terasa ya, sudah bertahun-tahun sejak hari itu" celetuk bpk di hadapanku
"(aku hanya terdiam)"

"bapak hanya teringat kita bercanda disini bersama, maaf kan bapak" lanjutnya
aku menarik nafas dalam-dalam sambil menggenggam tangan ku yang tadi ku ulurkan untuk meraih gelas di meja


kemudian kami terdiam kembali entah berapa lama, disaat kami bisu ini mungkin sama sepertinya, aku mengingat dengan jelas senyumnya saat disini di teras ini, melihat bayangannya yang duduk di samping pagar itu, dan melihatnya berdiri dibawah pohon jambu dan memaksa untuk memanjat pohon itu dengan wajah kesal karena kami melarangnya, sungguh menyakitkan saat ku tau itu hanya ingatan yang kembali karena suasana ini



"pak" sahutku

"pak" sahut ku yang ke dua untuk mencairkan suasana haru yang membekukan ini
"ia" ia terlihat terkaget tersadar ku memanggilnya

"bagaimana keadaan kakak?" tanya ku

"ia sekarang bersama suaminya di bandung"

"apa ia sudah memberikan cucu pak? "

"oh ia sudah ia memiliki 2 putri dan 1 putra" jawab nya semngat dan dengan seyum palsu yang kembali diberikan kepada ku

aku pun tersenyum untuk membalasnya

"bagaimana dengan ade?" tanya ku lagi

"ade? ade dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya sekarang dia sudah semster akhir, mungkin bulan depan ia sudah bisa kembali ke indonesia"

kemudian kami saling berbincang mengenai keluarga baru ku dan menceritakan tentang anak-anaknya kecuali satu ya itu dia, kami saling mengerti satu sama lain bahwa nama itu ya nama itu adalah tabu untuk kami



"kamu kesini sendiri bal?" tanyanya sambil memtong biskuit di mulutnya

"ia pak"

"dari jakarta?"

"ia, saya mengambil cuti dari pekerjaan saya"

"nanti kamu menginap dimana?" tanya nya

"saya belum check in pak, begitu sampai jogya saya langsung kesini" balas ku

"berarti kamu belum istirahat sama sekali" tanya nya kaget

"sudah ko pak, saya istirahat di rest area" balas ku



kemudian terbesit di benak ku, untuk apa aku datang? untuk apa aku berpura-pura senang di hadapan orang ini? kemudian aku terdiam dan menunduk



"pak"

"ia"

"saya ingin bertemu dengannya" sambil terus tertunduk dan menggenggam erat ke 2 tangan ku menahan gemetar rasa takut, bapak yang tadi terlihat senang dengan senyum yang mulai tidak ada tipuan tiba-tiba mendiam



"sebentar ya"



kemudian ia berdiri sambil memberikan senyum palsu lagi dan meninggalkan ku sendiri masuk kedalam rumahnya

hampir satu jam atau bahkan lebih aku tidak mengerti kenapa aku harus menunggu selama ini menunggu dalam ketakutan ini, ku lihat langit mulai merubah warnanya matahari yang tadi panas sekarang berubah menjadi hangat,kemudian ada dua orang yang keluar dari arah pintu ia adalah bpk dan ibu saat ku lihat wajah ibu seperti ia telah menangis, dengan wajah senyumnya itu ia menghampiri ku dan bpk yang masih terdiam di ambang pintu

"nak iqbal" panggilnya, aku pun menatap wajahnya sambil terus terduduk

"boleh ibu bertanya?" aku hanya tetap diam dan aku pun hanya mengangguk

"apa nak iqbal, sudah lupa apa yang terakhir ibu katakan dulu?"

"tidak bu" jawab ku sambil kembali menunduk


perasan ini ketakutan ini sama seperti 10 tahun lalu saat aku dihapadan ke dua orang ini, di hadapan kedua orang ini aku hanyalah anak kecil yang tidak beralasan untuk mencampuri masalah mereka, dan dulu aku hanya bisa menangis, aku hanya hanya masih belum bisa menerima apa itu cobaan apa itu arti kehilangan dan mungkin ini pun perasan yang sama seperti waktu itu


aku pun berdiri dan mencoba menatap ibu akan tetapi aku tertunduk kembali

"sampai kapan pun, sampai kapan pun saya akan tetap berlari, karena saya hanya lah pengecut dan dan dan"


aku kehilangan kata-kata, perasaan apa ini, ada apa dengan perasaan ini? aku ketakutan hati ini terasa sangat lah sakit, luka yang dulu terasa terbuka kembali terasa kembali sakitnya, dada ini sesak terhimpit, semua berputar dan aku tidak mengerti harus apa lagi dihadapan mereka dan mereka hanya terdiam melihat ku yang tertunduk berdiri.


dibenakku aku orang yang sombong yang mencoba menjadi seorang lelaki tangguh yang kenyataannya aku hanya seorang lelaki yang tidak bisa melakukan apa pun, aku hanyalah seorang lelaki yang sangat arogan yang sangat berani berkata bahwa aku bisa dan aku sanggup akan tetapi yang aku bisa hanya berlari, dan sekarang aku, ya aku berdiri diahapan mereka tanpa bisa berkata-kata



"bu" panggil bpk dari awah pintu menghampiri aku dan ibu yang hanya berdiri

aku menatap mereka, mereka hanya saling menatap satu sama lain dan bpk menghamipiri ku

"kamu sangat mencintainya kan?" tanya bpak dengan nada yang tidak beraturan



aku mengerti bahwa mereka pun sama, tanpa berkata aku hanya mengangguk menahan tangis ku, kemudian bapak menggandengku memasuki rumah mereka, diikuti ibu dari belakang ku, suasana dalam rumah ini tidak lah banyak berubah, perabotan tua dan bangku sofa yang biasa dipakai meraka bersantai,

 kemudian kami menuju ke tangga dan bapak terhenti dan hanya berdiri menatap ku saat ku tengok kearah ibu yang berada di belakang ku ia hanya tersenyum

aku pun menaiki tangga itu, apa ini? perasaan apa ini? senang? takut? grogi? apa yang terjadi pada ku? aku tau ini menuju ke kamarnya? tapi apa yang aku harapkan setelah ini? setiap anak tangga yang aku pijak aku teringat setiap moment bersama nya , saat di sekolah dulu,

sampai lantai atas ada 4 kamar dengan pintu yang sama akan tetapi di pintu itu ada nama yang menghiasi

ku hampiri pintu terdekat (mama & ayah) pintu selanjutnya (kakak) pintu di ujung yang menghadapku tertulis (ade) dan ada satu pintu tidak tertutup akan tetapi setengah terbuka dan dari celahnya memancarkan sinar matahari sore

aku mendekatinya dan ku tengok kearah belakang bpk dan ibu mengikuti ku,

ku pegang gagang pintu itu dan ku lihat nama nya tertera di pintu tanpa ada yang berubah dari hiasan ini selama bertahun-tahun. 
ku dorong dan ku hanya menatap kamar itu sinar merah matahari yang memasuki kamar, semua berwarnakan putih dan ada seorang yang terduduk dekat dengan jendela yang terbuka sambil melihat keluar, angin yang masuk dari jendela membuat rambut panjangnya yang halus tergerai, wajahnya yang cantik dan tatapannya yang kosong itu adalah hal yang sangat ku rindukan,

seperti baru kemarin ku bertemu ia masih adalah perempuan yang paling sempurna bagi ku dan kini ia ada dihadapan ku tanpa menyadari keberadaan ku,aku hanya terdiam di ambang pintu melihat nya berpakaian serba putih dengan wajahnya yang pucat

aku menatap ibu dan bpk mereka hanya melihat ku dan ibu mulai memeluk bapak dan bapak mengelus lengan ibu, aku hanya aku hanya entah aku tidak mengerti ini, aku mendekatinya dan berdiri tepat disebelahnya dan menatapnya tetapi ia hanya melihat keluar jendela,

aku duduk bersujud tepat dihadapannya ku melihat lagi kearah bpk dan ibu mereka berada di ambang pintu melihat ku dan ibu menangis di pelukan bapak

dengan tangan bergetar ku angkat tangan ku dan menyentuh tangannya tanpa berkata apa pun ia hanya tetap terdiam menatap kosong keluar jendela

"..." aku memanggil namanya, akan tetapi ia tetap terdiam
"ini aku" ia masih tetap tanpa reaksi
"aku ada dihadapan kamu sekarang, aku datang untuk menemui kamu" semua hanya terdiam



aku pun menceritakan semua yang ku alami saat ku sudah menikah, mempunyai seorang putri dan mengingatkan saat aku dan dia masih bersama akan tetapi ia tetap terdiam dan aku yang tadi mencoba ceria bercerita sudah tidak kuat menahan air mata ku, aku manangis, aku berdiri menyentuh wajahnya terasa dingin karena angin yang menerpanya menyisir rambutnya dengan tangan ku dan mencium keningnya aroma nya sama sekali tidak berubah, saat terakhir aku menciumnya

"maafin aku"

"maafin aku" aku pun bersumpu dihadapannya yang sedang duduk dan menaruh wajah ku pada tangannya yang terasa sangat dingin dan aku pun melampiaskan tangis ku

"maaf aku g bisa jaga kamu, maaf aku selalu lari dan maaf aku g ada saat kamu butuh aku "

aku tidak memikirkan apa pun , ia adalah satu satunya wanita yang amat aku cintainya tidak ada rahasia di antara kami dan aku pun tidak sungkan menangis di hadapannya karena hanya dihadapannya aku memperlihatkan kelemahan ku

"aku sayang kamu ..."

"aku cinta kamu...  selalu...." tapi kemudian tanpa aku sadari ia menggerakan tangannya dan mengangkat wajah ku manatapnya, ia melepas kaca mata ku dan mengusap air mata ku dengan tanganya dan berkata
"anak cowo itu harus kuat, ga boleh cengeng" kalimat itu yang keluar dari mulutnya aku sangat terkejut, setelah itu ia tersenyum

wajahnya yang selalu tenang dan cantik yang selalu membuat ku ternyum saat ia tersenyum akan tetapi ini berbeda sungguh berbeda, badan ku bergemetar dan aku tertunduk kembali di pangkuannya

"maafin aku" aku terus menangis tertunduk dan
"srak!" tiba-tiba kacamata ku di lemparnya kencang ke arah dinding aku melihat ke arah kacamata itu dan saat ku melihat ke arahnya, rambut ku di tariknya dan ia memukul wajah ku dengan kuat



"AKU BILANG ANAK COWO GA BOLEH CENGENG!!!!" teriaknya dan ia pun berdiri dan mendorong ku kuat hingga ku terbaring di atas lantai

ibu dan bpk yang kaget setelah aku di pukul mereka lalu bergegas memeganginya dan ia terus mengamuk
"AKU BILANG DIEM!!!!" teriaknya kehadapan ku

aku terduduk, ia pun mulai tenang setelah ibu membujuknya sambil bapak terus memeganginya

"bu.. pak.. bisa saya diberi sedikit waktu lagi saya ingin bicara dengannya sekali lagi bisa bapak lepaskan?" kemudian bapak dan ibu saling bertatapan, dan ibu hanya mengangguk sambil ia pun terus menangis

aku pun mencoba berdiri akan tetapi ia kembali menyerangku sampai ku terbaring di lantai, ia pun meloncat dan menindihku ia memukuli terus wajah ku sambil ia berteriak " diam diam diam" saat aku mencoba menahannya dengan tangan kanan ku ia lalu meraihnya dan menggigitnya, lalu bpk dan ibu mencoba menariknya

"STOP!" bentak ku yang membuat bapak dan ibu terkaget, ia terus menggigitku kuat tanpa ada niat melepasnya

"maaf pa tolong jangan ganggu saya" kemudian mereka melepas pegangan padanya

aku pun bersandar pada kaki ranjang dan menatapnya yang terus menggigit tangan kanan ku rasa sakit ini masih kalah dengan sakit hati ku, aku tidak merasakan sakit apa pun di tangan ku aku hanya bisa menatapnya dan terus menangis

aku menjulurkan tangan kiri ku meraih kepalanya dan menariknya ke arah dada ku kemudian ia bersandar kepadaku sambil terus menggigit

"kamu inget kita pernah kaya gini? kamu seneng kan denger detak jantung aku yang berdebar-debar waktu aku deket kamu?" kemudian ia mulai terdiam dan melepas gigitannya

"sampai sekarang pun aku masih sayang kamu ..." tak lama setelah itu tidak ada suara apa pun saat ku coba menatap wajahnya ia tertidur

aku memeluknya erat dan aku pun menangis sambil menciumi rambut halusnya,aku tidak memperdulikan bpk dan ibu yang melihat ku,mereka hanya saling berpelukan,mereka pun menangis dan bpk mulai menghampiriku

"nak iqbal sudah biar bapak pindahkan sini" tanyanya sambil memberi ku senyum

"pak bisa saya terus seperti ini untuk beberapa saat?" tanya ku bapak menatap ibu dan ibu pun mengangguk

bapak pun menjauhi ku dan terduduk lemas, melihat kami berpelukan dan ibu menghampiri ku sambil membawakan kotak p3k dan membersihkan darah dan memberikan obat pada luka gigitan di lengan kanan,
"maafkan ..  nak iqbal" sahutnya aku pun tersenyum ke arahnya dan menundukan wajah ku dan mencoba terlelap sungguh melelahkan hari ini

wajah terasa ngilu dan badan ku terasa sungguh pegal dan lelah

saat ku terbangun ia sudah tidak ada dipelukan ku hanya selimut yang menggantikannya, tidak ada siapapun dikamar ini, cendela ku lihat sudah mulai malam, aku pun terbangun dan aku pun keluar dan menuruni tangga ku lihat bpk dan ibu sedang menyiap kan makan malam,

mereka menyambutku dan berkata ia sudah dipindahkan di kamar kakaknya dan ia kembali tenang, setalah makan malam itu pun aku berpamitan dengan mereka, tanpa kata apa pun yang berarti dan aku tidak ingin dengar dari mereka, aku pun meninggalkan rumah itu dan kembali pulang ke jakarta dan keluarga ku

pak bu maaf kan saya yang tidak bisa membantu banyak, saya pun mengerti perasaan bpk dan ibu karena saya pun sangat amat mencintainya

cerita ini hanya fiksi, pesan saya jagalah orang yang paling paling berarti dalam hidup mu sebelum penyesalan itu datang

pesan terakhir ku untuk mu sampai kapan pun cinta ini tidak akan terganti walau pun cinta baru akan datang kamu akan tetap selalu aku kenang sampai kapan pun karena semua itu tidak akan mudah terlupa

author

M.I.D
Kamis, 05:11 am
27 / 03/ 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar