ku dekati pagar hitam itu, perasaan yang tak karuan tak bisa ku
kendalikan, tangan ku terasa kaku
dengan keringat yang membuatnya
merasakan dinginnya udara, dengan pasti tanpa celah, ku berani
kan diri
untuk memberikan salam karena ku sudah sejauh ini
"permisi"
sahut ku, tapi tidak ada orang yang menjawab
"permisi" dan ku coba
mengetuk pagar dengan kunci kendaraan ku,
tidak ada tanda-tanda akan
adanya penghuni rumah,
ku menjauh dan ku fokuskan mata ku melihat kamar
di lantai atas dibalik teras itu ada seorang gadis yang mengintip dari
jendela itu,
tapi tiba-tiba saat ku fokuskan lagi mata ku di jendela itu
ia tidak ada,
"ia" suara dari arah pintu yang menyadarkan ku
"permisi bu"
aku pun mendekat, perasaan yang menakutkan saat ku menatap mata ibu ini,
terasa lemas saat melihat wajah lelahnya ditutupi senyum
menyambutku
"ibu masih ingat saya?" tanyaku balik
"ibu masih ingat"
jawabnya tanpa banyak bicara ia memalingkan wajahnya dan mempersilahkan
diri ku ini masuk
"apa ibu sehat?" tanya ku menghilangkan ke kakuan
diantara kami
"alhamdullialah, duduk dulu ibu buatkan minum" kemudian ia
masuk kedalam
perasan ini, saat bernafas pun sungguh sangat lah berat
suasana rumah yang sangat aku ingat, kursi yang biasa aku duduki, pohon
jambu yang dulu pernah berbuah dan ku petik masih berdiri kokoh dan
aroma dari dalam rumah yang sama sekali tidak berubah saat ku terakhir
datang ke tempat ini
kemudian sosok lelaki tinggi menghampiri ku dari
arah luar rumah, ia berpakaian santai sambil membawa sekop dan ember di
tangan kirinya
"loh ada tamu" sapanya dengan senyum manisnya menyapa
ku
"pak" aku pun berdiri dan menyambut hangat penyambutannya
"silahkan
duduk duduk" pintanya ramah
"ibu ada?" lanjutnya
"ada pak"
"sebentar
ya saya bawakan minum" kemudian sosok itu pun meninggalkan kusekitar 10
menit aku terdiam dan menunggu di sepinya suasana, kemudian sosok
laki-laki itu datang menghampiri ku terlihat ia telah berganti pakaian
di lanjutkan ibu yang membawakan minuman,
"nak iqbal ya, kalo tidak salah?" tanya nya sambil duduk disebelahku
"ia
pak" jawab ku singkat sambil melihat si ibu yang duduk bersila di
hadapan ku menyiapkan jamuan ku tanpa menatap ku lalu ia kembali masuk
"bagai
mana kabarnya?" tanya bpk
"saya sehat pak" dengan ku berikan senyum
manis ku untuk membalasnya
"ini silahkan di minum, kamu sudah
berkeluarga?" tanyanya lanjut sambil menyodorkan gelas yang berisi teh
yang masih panas kearah ku
"alhamdullilah sudah pak" jawab ku
singkat
kemudian bpk itu meminum tehnya dan kami terdiam
suasana sangat
canggung di antara kami
aku pun berfikir walau pun tubuh ini walau pun
umur ini tidak lagi seorang remaja akan tetapi di hadapannya aku masih
lah seorang anak kecil yang dulu sering bermain di halaman terasnya,
aku pun tidak ingin suasana ini terasa kaku dan ku coba meraih teh yang
diberikan untuk ku
"pak saya min..." tanpa sempat ku berkata saat ku
melihat wajah bapak, bapak seperti di tempat lain ia terseyum akan
tetapi tatapannya itu kosong
"tidak terasa ya, sudah bertahun-tahun sejak hari itu" celetuk bpk di hadapanku
"(aku hanya terdiam)"
"bapak
hanya teringat kita bercanda disini bersama, maaf kan bapak" lanjutnya
aku menarik nafas dalam-dalam sambil menggenggam tangan ku yang tadi ku
ulurkan untuk meraih gelas di meja
kemudian kami
terdiam kembali entah berapa lama, disaat kami bisu ini mungkin sama
sepertinya, aku mengingat dengan jelas senyumnya saat disini di teras
ini, melihat bayangannya yang duduk di samping pagar itu, dan melihatnya
berdiri dibawah pohon jambu dan memaksa untuk memanjat pohon itu
dengan wajah kesal karena kami melarangnya, sungguh menyakitkan saat ku
tau itu hanya ingatan yang kembali karena suasana ini
"pak" sahutku
"pak" sahut ku yang ke dua untuk mencairkan suasana haru yang membekukan ini
"ia" ia terlihat terkaget tersadar ku memanggilnya
"bagaimana keadaan kakak?" tanya ku
"ia sekarang bersama suaminya di bandung"
"apa ia sudah memberikan cucu pak? "
"oh ia sudah ia memiliki 2 putri dan 1 putra" jawab nya semngat dan dengan seyum palsu yang kembali diberikan kepada ku
aku pun tersenyum untuk membalasnya
"bagaimana dengan ade?" tanya ku lagi
"ade?
ade dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya sekarang
dia sudah semster akhir, mungkin bulan depan ia sudah bisa kembali ke
indonesia"
kemudian kami saling berbincang mengenai keluarga
baru ku dan menceritakan tentang anak-anaknya kecuali satu ya itu dia,
kami saling mengerti satu sama lain bahwa nama itu ya nama itu adalah
tabu untuk kami
"kamu kesini sendiri bal?" tanyanya sambil memtong biskuit di mulutnya
"ia pak"
"dari jakarta?"
"ia, saya mengambil cuti dari pekerjaan saya"
"nanti kamu menginap dimana?" tanya nya
"saya belum check in pak, begitu sampai jogya saya langsung kesini" balas ku
"berarti kamu belum istirahat sama sekali" tanya nya kaget
"sudah ko pak, saya istirahat di rest area" balas ku
kemudian
terbesit di benak ku, untuk apa aku datang? untuk apa aku berpura-pura
senang di hadapan orang ini? kemudian aku terdiam dan menunduk
"pak"
"ia"
"saya
ingin bertemu dengannya" sambil terus tertunduk dan menggenggam erat ke
2 tangan ku menahan gemetar rasa takut, bapak yang tadi terlihat senang
dengan senyum yang mulai tidak ada tipuan tiba-tiba mendiam
"sebentar ya"
kemudian ia berdiri sambil memberikan senyum palsu lagi dan meninggalkan ku sendiri masuk kedalam rumahnya
hampir
satu jam atau bahkan lebih aku tidak mengerti kenapa aku harus
menunggu selama ini menunggu dalam ketakutan ini, ku lihat langit mulai
merubah warnanya matahari yang tadi panas sekarang berubah menjadi
hangat,kemudian ada dua orang yang keluar dari arah pintu ia adalah bpk
dan ibu saat ku lihat wajah ibu seperti ia telah menangis, dengan wajah
senyumnya itu ia menghampiri ku dan bpk yang masih terdiam di ambang
pintu
"nak iqbal" panggilnya, aku pun menatap wajahnya sambil terus
terduduk
"boleh ibu bertanya?" aku hanya tetap diam dan aku pun hanya mengangguk
"apa nak iqbal, sudah lupa apa yang terakhir ibu katakan dulu?"
"tidak bu" jawab ku sambil kembali menunduk
perasan
ini ketakutan ini sama seperti 10 tahun lalu saat aku dihapadan ke dua
orang ini, di hadapan kedua orang ini aku hanyalah anak kecil yang
tidak beralasan untuk mencampuri masalah mereka, dan dulu aku hanya bisa
menangis, aku hanya hanya masih belum bisa menerima apa itu cobaan apa
itu arti kehilangan dan mungkin ini pun perasan yang sama seperti waktu
itu
aku pun berdiri dan mencoba menatap ibu akan tetapi aku tertunduk kembali
"sampai kapan pun, sampai kapan pun saya akan tetap berlari, karena saya hanya lah pengecut dan dan dan"
aku
kehilangan kata-kata, perasaan apa ini, ada apa dengan perasaan ini?
aku ketakutan hati ini terasa sangat lah sakit, luka yang dulu terasa
terbuka kembali terasa kembali sakitnya, dada ini sesak terhimpit, semua
berputar dan aku tidak mengerti harus apa lagi dihadapan mereka dan
mereka hanya terdiam melihat ku yang tertunduk berdiri.
dibenakku
aku orang yang sombong yang mencoba menjadi seorang lelaki tangguh yang
kenyataannya aku hanya seorang lelaki yang tidak bisa melakukan apa
pun, aku hanyalah seorang lelaki yang sangat arogan yang sangat berani
berkata bahwa aku bisa dan aku sanggup akan tetapi yang aku bisa hanya
berlari, dan sekarang aku, ya aku berdiri diahapan mereka tanpa bisa
berkata-kata
"bu" panggil bpk dari awah pintu
menghampiri aku dan ibu yang hanya berdiri
aku menatap mereka, mereka
hanya saling menatap satu sama lain dan bpk menghamipiri ku
"kamu sangat
mencintainya kan?" tanya bpak dengan nada yang tidak beraturan
aku
mengerti bahwa mereka pun sama, tanpa berkata aku hanya mengangguk
menahan tangis ku, kemudian bapak menggandengku memasuki rumah mereka,
diikuti ibu dari belakang ku, suasana dalam rumah ini tidak lah banyak
berubah, perabotan tua dan bangku sofa yang biasa dipakai meraka
bersantai,
kemudian kami menuju ke tangga dan bapak terhenti dan hanya
berdiri menatap ku saat ku tengok kearah ibu yang berada di belakang ku
ia hanya tersenyum
aku pun menaiki tangga itu, apa ini? perasaan apa ini?
senang? takut? grogi? apa yang terjadi pada ku? aku tau ini menuju ke
kamarnya? tapi apa yang aku harapkan setelah ini? setiap anak tangga
yang aku pijak aku teringat setiap moment bersama nya , saat di sekolah
dulu,
sampai lantai atas ada 4 kamar dengan pintu yang sama akan tetapi
di pintu itu ada nama yang menghiasi
ku hampiri pintu terdekat (mama
& ayah) pintu selanjutnya (kakak) pintu di ujung yang menghadapku
tertulis (ade) dan ada satu pintu tidak tertutup akan tetapi setengah
terbuka dan dari celahnya memancarkan sinar matahari sore
aku
mendekatinya dan ku tengok kearah belakang bpk dan ibu mengikuti ku,
ku
pegang gagang pintu itu dan ku lihat nama nya tertera di pintu tanpa ada
yang berubah dari hiasan ini selama bertahun-tahun.
ku dorong dan ku
hanya menatap kamar itu sinar merah matahari yang memasuki kamar, semua
berwarnakan putih dan ada seorang yang terduduk dekat dengan jendela
yang terbuka sambil melihat keluar, angin yang masuk dari jendela
membuat rambut panjangnya yang halus tergerai, wajahnya yang cantik dan
tatapannya yang kosong itu adalah hal yang sangat ku rindukan,
seperti
baru kemarin ku bertemu ia masih adalah perempuan yang paling sempurna
bagi ku dan kini ia ada dihadapan ku tanpa menyadari keberadaan ku,aku
hanya terdiam di ambang pintu melihat nya berpakaian serba putih dengan
wajahnya yang pucat
aku menatap ibu dan bpk mereka hanya melihat ku dan
ibu mulai memeluk bapak dan bapak mengelus lengan ibu, aku hanya aku
hanya entah aku tidak mengerti ini, aku mendekatinya dan berdiri tepat
disebelahnya dan menatapnya tetapi ia hanya melihat keluar jendela,
aku
duduk bersujud tepat dihadapannya ku melihat lagi kearah bpk dan ibu
mereka berada di ambang pintu melihat ku dan ibu menangis di pelukan
bapak
dengan tangan bergetar ku angkat tangan ku dan menyentuh tangannya
tanpa berkata apa pun ia hanya tetap terdiam menatap kosong keluar
jendela
"..." aku memanggil namanya, akan tetapi ia tetap
terdiam
"ini aku" ia masih tetap tanpa reaksi
"aku ada dihadapan kamu
sekarang, aku datang untuk menemui kamu" semua hanya terdiam
aku
pun menceritakan semua yang ku alami saat ku sudah menikah, mempunyai
seorang putri dan mengingatkan saat aku dan dia masih bersama akan
tetapi ia tetap terdiam dan aku yang tadi mencoba ceria bercerita sudah
tidak kuat menahan air mata ku, aku manangis, aku berdiri menyentuh
wajahnya terasa dingin karena angin yang menerpanya menyisir rambutnya
dengan tangan ku dan mencium keningnya aroma nya sama sekali tidak
berubah, saat terakhir aku menciumnya
"maafin aku"
"maafin
aku" aku pun bersumpu dihadapannya yang sedang duduk dan menaruh wajah ku
pada tangannya yang terasa sangat dingin dan aku pun melampiaskan tangis
ku
"maaf aku g bisa jaga kamu, maaf aku selalu lari dan maaf aku g ada
saat kamu butuh aku "
aku tidak memikirkan apa pun , ia adalah
satu satunya wanita yang amat aku cintainya tidak ada rahasia di antara
kami dan aku pun tidak sungkan menangis di hadapannya karena hanya
dihadapannya aku memperlihatkan kelemahan ku
"aku sayang kamu ..."
"aku cinta kamu... selalu...." tapi kemudian tanpa aku sadari ia
menggerakan tangannya dan mengangkat wajah ku manatapnya, ia melepas
kaca mata ku dan mengusap air mata ku dengan tanganya dan berkata
"anak
cowo itu harus kuat, ga boleh cengeng" kalimat itu yang keluar dari
mulutnya aku sangat terkejut, setelah itu ia tersenyum
wajahnya yang
selalu tenang dan cantik yang selalu membuat ku ternyum saat ia
tersenyum akan tetapi ini berbeda sungguh berbeda, badan ku bergemetar
dan aku tertunduk kembali di pangkuannya
"maafin aku" aku
terus menangis tertunduk dan
"srak!" tiba-tiba kacamata ku di lemparnya
kencang ke arah dinding aku melihat ke arah kacamata itu dan saat ku
melihat ke arahnya, rambut ku di tariknya dan ia memukul wajah ku dengan
kuat
"AKU BILANG ANAK COWO GA BOLEH CENGENG!!!!"
teriaknya dan ia pun berdiri dan mendorong ku kuat hingga ku terbaring
di atas lantai
ibu dan bpk yang kaget setelah aku di pukul mereka
lalu bergegas memeganginya dan ia terus mengamuk
"AKU BILANG DIEM!!!!"
teriaknya kehadapan ku
aku terduduk, ia pun mulai tenang setelah ibu
membujuknya sambil bapak terus memeganginya
"bu.. pak.. bisa saya diberi
sedikit waktu lagi saya ingin bicara dengannya sekali lagi bisa bapak
lepaskan?" kemudian bapak dan ibu saling bertatapan, dan ibu hanya
mengangguk sambil ia pun terus menangis
aku pun mencoba berdiri akan
tetapi ia kembali menyerangku sampai ku terbaring di lantai, ia pun
meloncat dan menindihku ia memukuli terus wajah ku sambil ia berteriak "
diam diam diam" saat aku mencoba menahannya dengan tangan kanan ku ia
lalu meraihnya dan menggigitnya, lalu bpk dan ibu mencoba
menariknya
"STOP!" bentak ku yang membuat bapak dan ibu terkaget, ia
terus menggigitku kuat tanpa ada niat melepasnya
"maaf pa tolong jangan
ganggu saya" kemudian mereka melepas pegangan padanya
aku pun bersandar
pada kaki ranjang dan menatapnya yang terus menggigit tangan kanan
ku rasa sakit ini masih kalah dengan sakit hati ku, aku tidak
merasakan sakit apa pun di tangan ku aku hanya bisa menatapnya dan
terus menangis
aku menjulurkan tangan kiri ku meraih kepalanya dan
menariknya ke arah dada ku kemudian ia bersandar kepadaku sambil terus
menggigit
"kamu inget kita pernah kaya gini? kamu seneng kan denger detak
jantung aku yang berdebar-debar waktu aku deket kamu?" kemudian ia
mulai terdiam dan melepas gigitannya
"sampai sekarang pun aku masih
sayang kamu ..." tak lama setelah itu tidak ada suara apa pun saat
ku coba menatap wajahnya ia tertidur
aku memeluknya erat dan aku pun
menangis sambil menciumi rambut halusnya,aku tidak memperdulikan bpk dan
ibu yang melihat ku,mereka hanya saling berpelukan,mereka pun menangis
dan bpk mulai menghampiriku
"nak iqbal sudah biar bapak pindahkan sini"
tanyanya sambil memberi ku senyum
"pak bisa saya terus
seperti ini untuk beberapa saat?" tanya ku bapak menatap ibu dan ibu pun
mengangguk
bapak pun menjauhi ku dan terduduk lemas, melihat kami
berpelukan dan ibu menghampiri ku sambil membawakan kotak p3k dan
membersihkan darah dan memberikan obat pada luka gigitan di lengan
kanan,
"maafkan .. nak iqbal" sahutnya aku pun tersenyum ke arahnya dan
menundukan wajah ku dan mencoba terlelap sungguh melelahkan hari ini
wajah terasa ngilu dan badan ku terasa sungguh pegal dan lelah
saat ku
terbangun ia sudah tidak ada dipelukan ku hanya selimut yang
menggantikannya, tidak ada siapapun dikamar ini, cendela ku lihat sudah
mulai malam, aku pun terbangun dan aku pun keluar dan menuruni tangga ku
lihat bpk dan ibu sedang menyiap kan makan malam,
mereka menyambutku dan
berkata ia sudah dipindahkan di kamar kakaknya dan ia kembali tenang,
setalah makan malam itu pun aku berpamitan dengan mereka, tanpa kata apa
pun yang berarti dan aku tidak ingin dengar dari mereka, aku pun
meninggalkan rumah itu dan kembali pulang ke jakarta dan keluarga ku
pak
bu maaf kan saya yang tidak bisa membantu banyak, saya pun mengerti
perasaan bpk dan ibu karena saya pun sangat amat mencintainya
cerita ini hanya fiksi, pesan saya jagalah
orang yang paling paling berarti dalam hidup mu sebelum penyesalan itu
datang
pesan terakhir ku untuk mu sampai kapan pun cinta ini tidak akan
terganti walau pun cinta baru akan datang kamu akan tetap selalu aku
kenang sampai kapan pun karena semua itu tidak akan mudah
terlupa
author
M.I.D
Kamis, 05:11 am
27 / 03/ 2014